Pendiri Dinasti
Setelah penaklukan tersebut, pada 1526 lahirlah Kadipaten Banten yang bercorak Islam dibawah naungan Kerajaan Demak dan Cirebon. Maulana Hasanuddin dinobatkan sebagai adipatinya. Pada tahun yang sama, Maulana Hasanuddin menikah dengan Nyi Ratu Ayu Kirana, putri mahkota Sultan Trenggana (Demak III). Saat itu usia Hasanuddin masih 26 tahun (Republika, tt).
Semenjak Banten Girang berhasil dikalahkan oleh penguasa Islam, terjadilah peralihan kekuasaan. Kekuasaan Islam bertambah jaya ketika pusat Kesultanan Banten dipindah ke Banten Lama yang terletak di kawasan pesisir pantai utara Pulau Jawa bagian barat. Pemindahan ini merupakan suatu pilihan penting untuk mengembangkan perdagangan, sehingga bandar Banten di pesisir yang berfungsi pusat politik maupun ekonomi berkembang dengan pesat. Pemindahan kota pusat kerajaan itu dimaksudkan untuk memudahkan hubungan antara pesisir utara pulau Jawa dengan pesisir Sumatera bagian barat melalui Selat Sunda dan Samudera Indonesia.
Sejarah perkembangan dan penyebaran Islam di “tanah para jawara” itu tak lepas dari pengaruh Kesultanan Cirebon. Islam telah masuk di Banten sekitar tahun 1524-1525, semasa Banten masih di bawah pemerintahan Kerajaan Sunda Pajajaran. Adalah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) seorang ulama yang memimpin Cirebon yang menyebarkan Islam di wilayah barat pulau Jawa itu.
Syarif Hidayatullah bahkan sempat menjadi penguasa Islam pertama di Banten. Namun, ia tak mengangkat dirinya sebagai sultan. Tahta kesultanan itu diamanahkan kepada putranya yang bernama Maulana Hasanuddin. Oleh Kesultanan Demak dan Cirebon, MaulanaHasanuddin ditugaskan untuk mengislamkan bagian barat Pulau Jawa, tepatnya Banten.
Pada mulanya memang Banten masih merupakan wilayah penaklukan yang berada dalam naungan Kerajaan Demak, namun sejak masa kepemimpinan Maulana Hasanuddin (1552-1570) kerajaan Banten melepaskan diri dari supremasi Demak. Dengan demikian, Banten berdiri menjadi sebuah Kesultanan dengan pemerintahan yang mandiri dengan potensi-potensi yang dimilikinya tanpa diikut campuri oleh kekuasaan dari kerajaan atau kesultanan yang lain.
EmoticonEmoticon