2. PRE-ISLAMIC SUNDANESE PERIOD (10th — 16th CE)

 PRE-ISLAMIC SUNDANESE PERIOD (10th  — 16th  CE)


 -Format Representasi Alam, Manusia dan Kebudayaan Banten dibagi ke    dalam beberapa periode suksesif yang masing-masing menunjukkan      fase perkembangan. 
 -Berdasarkan akumulasi data geografi, arkeologi, etnografi, tutur    dan fakta empirik.


Model Budaya
      Struktur masyarakat berubah perlahan, status sosial tampak sejak dikenalnya konsep kerajaan bercorak Hindu. Dimuali dgn ekspansi Tarumanagara sampai era Banten Girang. Entitas utama terfokus pada kekuasaan politik Sunda Hindu berpusat di kota BG. Awalnya dalam kendali beberapa kerajaan dominan seperti: Mataram kuna, Sriwijaya, dan Pajajaran. Sekali waktu independen. 
Komunitas Banten pada periode ini mengenal perubahan penting pada teknologi ekonomi: pertanian padi sawah diadopsi dan perkebunan lada sbg komoditas jadi sumber ekonomi negara. 
Berbagai relik Hindu-Budha sangat dominan mewarnai religiusitas  di ibukota. Di pedalaman ada perubahan ikon agama  melanjutkan tradisi ancestor worship.

Bukti Sejarah

       Lingkungan perbukitan G. Karang & Pulasari, sungai Cibanten, dan keberadaan ibukota Banten Girang berbenteng beserta relik-relik: gua pertapaan, punden berundak, dakon, dan berbagai artefak di lokasi BG. Setting lainnya berupa pusat suci di lereng Pulasari, sejumlah arca Hindu, genta pendeta, batu tapak kaki dan batu pipisan dari situs arkeologi. Gambaran internasional network utk perdagangan lada dan keramik Cina & barang India. Misi dagang Portugis ke selatt Sunda dan pantai utara Jawa. 

Etnografi

       Kota Banten Girang, Kawah Pulasari, pemujaan di Citaman. 
tapak batu, sejumlah artefak sisa peradaban kota Banten Girang, peta laut Banten dan perairan Selat Sunda, denah ibukota dan gua dan arca Hindu.

Fakta Empirik

      Duplikat surat perjanjian antara Portugis dengan raja  Banten Girang, prasasti paraoh yang ditemukan di Tanjung Pirok. 

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »