SEJARAH SINGKAT KESULTANAN BANTEN: ABAD XVI-XIX M ( "PRANATA AGAMA" )


PRANATA AGAMA

Kondisi Banten Menjelang Datangnya Islam

Sebelum berwujud sebagai suatu kesultanan, wilayah Banten termasuk bagian dari kerajaan Sunda Pajajaran. Agama resmi kerajaan ketika itu adalah agama Hindu. Pada awal abad ke-16 M, yang berkuasa di Banten adalah Prabu Pucuk Umum dengan pusat pemerintahan Kabupaten di Banten Girang (Banten Hulu). Dan lokasi Surosowan (Banten Lor) hanya berfungsi sebagai kota pelabuhan.
Ketika Islam dibawa oleh para pedagang Arab ke timur, barangkali Banten telah menjadi sasaran dakwah Islam. Menurut berita Tome Pires, pada tahun 1513 di Cimanuk, sudah dijumpai orang-orang Islam. Jadi, setidaknya pada akhir abad ke-15, Islam sudah mulai diperkenalkan di pelabuhan milik Kerajaan Hindu Sunda. Ketika sunan Ampel Denta pertama kali datang ke Banten, ia mendapati orang Islam di Banten, walaupun penguasa disitu masih beragama Hindu (Lubis, 2003).

Menurut Babad Pajajaran, proses islamisasi di Banten mulai ketika Prabu Siliwangi, salah satu seorang raja Pajajaran, sering melihat cahaya yang menyala-nyala di langit. Untuk mencari keterangan tentang cahaya itu, ia mengutus Prabu Kian Santang, sampai ke Mekah. Di sana ia memperoleh berita, cahaya yang dimaksud adalah nur Islam dan cahaya Kenabian. Ia kemudian memeluk agama islam dan kembali ke Pajajaran untuk mengislamkan masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh Kian Santang hanya berhasil mengislamkan sebagian masyarakat, sedangkan yang lainnya menyingkirkan diri. Akibatnya, Pajajaran menjadi berantakan. Legenda yang dituturkan dalam Babad Pajajaran ini merupakan sebuah refleksi adanya pergeseran kekuasaan dari raja pra-Islam kepada penguasa baru Islam (Jakarta.go.id, 2010).

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »