SEJARAH SINGKAT KESULTANAN BANTEN: ABAD XVI-XIX M ( "PRANATA AGAMA" Islamisasi Banten )


Islamisasi Banten

Islamisasi Banten, setelah diawali oleh Sunan Ampel, kemudian dilakukan oleh Syarif Hidayaullah (Sunan Gunung Jati). Dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, dikisahkan tentang usaha Syarif Hidayatullah bersama 98 orang muridnya mengislamkan penduduk Banten. Secara perlahan-lahan Islam dapat diterima masyarakat sehingga banyak orang masuk Islam, bahkan Bupati Banten yang merasa tertarik dengan ketinggian ilmu dan akhlak Syarif Hidayatullah, menikahkan adiknya, yang bernama Nyai Kawunganten, dengan wali penyebar islam di Tatar Sunda ini. Dari perkawinan ini lahirlah dua anak yang diberi Ratu Winahon (Dalam sumber lain disebut Wulung Ayu) dan Hasanudin (Lubis, 2003).

Dalam Babad Banten diceritakan bahwa Sunan Gunung Jati dan putranya Hasanuddin (Pangeran Sabakingkin), terus berusaha untuk mengislamkan masyarakat di daerah Banten. Mereka pergi kearah selatan ke Gunung Pulosari, tempat bersemayamnya 800 ajar yang setelah mendengar ajaran Islam disampaikan ayah dan anak itu, semuanya menyatakan islam di Lereng gunung Pulosari itu, Sunan Gunung Jati mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan keislaman kepada anaknya. Setelah ilmu yang dikuasai Hasanuddin sudah dianggap cukup, Sunan Gunung jati memerintahkan supaya anak itu berkelana sambil menyeberkan agama Islam kepada penduduk negeri (Lubis, 2003).

Di Kesultanan Banten diterapkan hukum Islam secara ketat dan telah terjalin hubungan dengan penguasa Mekah. Para raja-raja juga mendapat gelar “sultan”, pemberian dari dari Syarif Mekah. Di samping itu banyak ulama-ulama Banten yang belajar ke Mekah dan pulang untuk mengabdi pada kesultanan menjadi Qhadi atau jabatan-jabatan keagamaan lainnya maupun pendidik bagi masyarakat. Kemajuan lembaga-lembaga pendidikan Islam dan tarikat di Banten, menjadikan negeri itu kiblat kedua (setelah mekah) ilmu keagamaan Islam bagi masyarakat Betawi. Banyak pula orang Betawi yang belajar di Banten dan kemudian kembali ke Jayakarta menjadi Ulama, hingga kemudian menjadi pendidik agama bagi masyarakat (Jakarta.go.id, 2010)

Sunan Gunung Jati dengan putranya Maulana Hasanuddin berusaha mengislamkan Banten yang menjadi daerah kekuasaan Pakuan Padjajaran. Islam nantinya akan mengalami akulturasi dengan kebudayaan atau keyakinan yang sudah dianut masyarakat sebelumnya yaitu Sunda Kawitan yang mempercayai hukum adat istiadat sebagai pengatur kehidupannya yang bersifat konservatif. Masyarakat yang tidak menerima akan kedatangan Islam, bermukim di Sungai Ciujung Pegunungan Kendeng yaitu Suku Baduy yang merupakan suku asli Sunda Banten.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »