SEJARAH SINGKAT KESULTANAN BANTEN: ABAD XVI-XIX M ( "PRANATA EKONOMI" Komoditas Dagang )

Komoditas Dagang

1. Lada
Lada (Piper nigrum) adalah tanaman rempah yang memiliki banyak khasiat dan salah satunya adalah sebagai tanaman obat. Sekitar tahun 1522 Banten berperan penting bagi Kerajaan Sunda, karena melalui pelabuhan ini setiap tahun diekspor 1000 bahar lada. Ukuran berat yang digunakan untuk menimbang lada pada saat itu adalah bahar. Satu bahar setara dengan 3 pikul, sedangkan 1 pikul sama dengan 60 kilogram. Jadi berat 1 bahar lada adalah 3 x 60 kilogram yakni 180 kilogram (Untoro, 2007:26).

Brierly (1994) menulis dalam buku “Spices, the story of Indonesia’s Spices Trade” yang menjelaskan bahwa pedagang Cina mengekspor 1.500 ton lada dari Banten (Boedhihartono, 2009:147). Ekspor lada Banten memiliki daya tarik yang kuat sehingga mendorong Portugis harus menjalin kerjasama dengan Banten. Seperti perdagangan dipusat-pusat perdagangan lainnya, yang datang tidak terbatas orang atau bangsa Indonesia, pedagang dari benua Asia: orang Persia, Gujarat, Pegu, Siam Arab, Keling, Turki, Cina; lalu, orang Barat: Portugis, Inggris, Belanda, (Daliman: 2012).
Catatan pengusaha asal Inggris Sir Thomas Herbert (dalam Untoro, 2007:119) yang datang ke Banten tahun 1621, turut menjelaskan tentang pedagang Cina yang melakukan perdagangan Lada.
“Lada merupakan primadona yang banyak diperdagangkan pengusaha Cina yang setiap bulan Januari datang ke pelabuhan ini membawa barang bekas, dan udang dari Jambi, Kalimantan, Malaka dan tempat lainnya, sehingga membuat Banten menjadi pusat bisnis. Lalu mereka menukarkan dengan komoditi lainnya. Mereka juga melayani permintaan dari negara Belanda, Inggris dan lainnya.”

2. Beras
Beberapa sumber menyebutkan bahwa beras (Oriza sativa) merupakan salah satu komoditi penting yang diperjual belikan di Banten. Hal ini mengingat pentingnya sebagai bahan pangan yang dibutuhkan oleh penduduk Banten. Meskipun Banten hanya sebagai pemasok beras-beras yang diproduksi oleh wilayah-wilayah
Gambar 2.2 Lada, komoditi utama Banten bawahannya, namun komoditi ini terbilang cukup tinggi perdagangannya.

Dalam Sajarah Banten juga disebutkan bahwa Sultan Ageng Tirtayasa memerintah untuk membangun lumbung yang berada di alun-alun untu dijadikan sebagai tempat penyimpanan beras negara.

3. Gula
Gula merupakan salah satu komoditas penting yang mengisi income kesultanan Banten. Gula ketika diproduksi memerlukan bahan baku tebu (Saccaharum officinarum). Selain tebu, bahan lain yang dijadikan gula adalah pohon aren (Arenga pinnata), maupun pohon siwalan (Borassus flabellifer). Guillot (1990:34) menjelaskan bahwa di Kelapadua, wilayah kecil Pecinan telah didirikan penggilingan tebu yang nantinya diproduksi menjadi gula. Biaya sebesar 7.000 rijksdaalders dikeluarkan untuk pembiayaan pembangunan tempat penggilingan tebu dan buruh kerja. Gaji buruh yang diberikan dalam produksi gula ini adalah 1 ????/ rijksdaalders per-bulan. Tempat produksi gula ini juga berdekatan dengan produksi arak yang diproduksi oleh etnis Cina, konsumennya adalah para pelaut yang singgah di pelabuhan Banten.

Produksi gula Kepaladua berkembang hingga menjadi pusat produksi gula utama di kota Banten. Akan tetapi, sejak direbutnya produksi ini oleh Belanda pada 1682 yang mulai mengontrol dan memonopoli perdagangan gula, produksi gula menjadi beralih ke wilayah antara Tanara dan Tangerang. Peninggalan arkeologi Nisan bercorak Cina berangka tahun 1661 yang ditemukan di Kelapadua merupakan sumber informasi tentang perkiraan berdirinya produksi gula pertama yang ada di pulau Jawa.

4. Cengkeh
Cengkeh (Syzygium aromaticum) juga mewarnai perdagangan yang ada di Banten. Berbagai sumber menyebutkan bahwa cengkeh merupakan komoditi yang tinggi permintaannya di pasar. Meilink Roelofsz (1962) turut serta menjelaskan perdagangan cengkeh Banten pada bukunya “Asian Trade and European Influence in the Indonesian Archipelagi between 1500 and about 1630” bahwa pada 1629 Inggris membeli 120.000 pon cengkeh dan meningkat pada 1636 menjadi 300.000 pon dari Banten.


5. Barang Dagang lain
Sebagian besar barang yang dijajakan adalah barang dagangan untuk diekspor ke pasaran Asia, seperti berbagai macam bahan makanan, barang-barang keramik, rempah-rempah, barang perhiasan, mutiara, sutera, porselen, emas, dan berbagai jenis kain, obat-obatan, serta benda-benda yang terbuat dari kayu dan logam. Benda-benda logam yang diperjual belikan dalam perdagangan di Banten adalah keris, pisau, peluru, golok, kunci, engsel, ganjal jendela, pegangan pintu, pahat, paku, paku jamur, ring dan ladam.

Hasil pertanian yang dihasilkan oleh Banten dan juga diperdagangkan adalah jahe, kelapa, pinang, tembakau, asam, ketimun, buncis, semangka, kacang-kacangan, sayur, dan bawang merah. Sedangkan tanaman lain yang non-pertanian adalah rotan, ikan, cangkang kura-kura, gading gajah, dan opium (Untoro, 2007)

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »