SEJARAH SINGKAT KESULTANAN BANTEN: ABAD XVI-XIX M ( "PRANATA AGAMA" Saluran Islamisasi )


Saluran Islamisasi

Islam merupakan agama yang damai, maka proses Islamisasi yang dilakukan di Banten berjalan dengan baik. Berikut beberapa saluran yang menjadikan Agama Islam menjadi agama yang dianut oleh masyarakat dan pemimpin kesultanan Banten.

1. Melalui Penaklukan Pakuwan Padjajaran (Ekspansi Kerajaan)
Penaklukan Banten oleh Demak dan Cirebon dikarenakan Banten merupakan daerah kekuasaan Pakuan Padjajaran yang memeluk agama Hindu sejak dahulu menguasai jalur pedagang di Teluk Banten. Dalam Carita Parahyangan disebutkan “karena tidak terdatangi oleh musuh kasar dan musuh halus” (Sutjiatiningsih: 1995). Yang dimaksudkan musuh kasar tersebut adalah penaklukan Padjajaran oleh Sunan Gunung Jati yang mendapat bantuan dari Demak. Sedangkan musuh halus alah penyebaran agama Islam di Banten. Disebutkan pula dalam Carita Parahyangan orang-orang yang menganut agama Islam dianggap orang yang melanggar Sanghyang Siksa sehingga hidupnya tidak tenteram (Sutjiatiningsih: 1995).

Berita mengenai Tome Pires bahwa di ujung timur kerajaan Sunda sudah banyak masyarakatnya yang beragama Islam. Dengan berhasil direbutnya Banten dari tangan Padjajaran proses Islamisasi semakin mudah dan bisa mendirikan kota kerajaan yang baru. Pada mulanya ibu kota Banten terletak di Girang, kemudian oleh Maulana Hasanuddin sebelum menjadi raja dipindahkan ke Surowan. Karena menurut kepercayaan masyarakat Jawa ibukota yang kalah dalam serangan sangat tabu untuk ditinggali kembali sehingga dipindahkanlah ibukota ke wilayah yang baru. Dari letak geografisnya letak Surosowan mendekati daerah pantai yang memudahkan proses pengawasan perdagangan dan administrasi di Banten.

2. Kesenian
Proses islamisasi dengan media dakwah adalah saluran yang sangat mudah sebab tidak mengandung unsur pemaksaan namun dapat diterima oleh masyarakat sehingga lebih efektif. Selain itu saat pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1652) berkembang kesenian debus yang bertujuan untuk melatih prajurit Banten dalam ketabahan dan ketangkasan. Kesenian tersebut merupakan atraksi yang bernafaskan Islam karena di iringi degan doa-doa zikir kepada Allah SWT. Kesenian debus sebenarnya di peruntukan untuk masyarakat Banten yang masih menganut agama Hindu dan Budha untuk menarik simpati agar berkeinginan memeluk agama Islam secara sukarela dan ikhlas.

3. Pendidikan
Setelah memindah ibukota kerajaan yang baru dari pedalaman ke wilayah pesisir Maulana Hasanuddin segera membangun beberapa sarana pendukung pemerintahan seperti keraton Surosowan, Masjid Agung, alun-alun dan pasar. Proses penyebaran agama Islam tidak hanya berhenti sampai di kesenian dan penyerangan, proses dakwah Islam juga dilakukan dengan saluran pendidikan. Pada mulanya saat pertama kali di Banten Sunan Gunung Jati membangun sebuah masjid Pacinan Tinggi dengan Maulana Hasanuddin dibantu oleh para santrinya. Pembangunan masjid pertama ini diperuntukkan untuk memyebarkan ajaran agama Islam di Banten. Selain itu sebelum berdirinya Masjid Agung Banten, dibangun masjid dan Pesantren Kasunyatan yang berfungsi sebagai lembaga pendidikan dan pembelajaran Agama Islam. Dengan kedatangan para mubaligh dan para wali menambah proses pendidikan keagamaan semakin cepat.

Bukti kebesaran perkembangan agama Islam dengan banyaknya orang yang di luar Banten mengenyam pendidikan Islam di Banten. Pendidikan tersebut juga di tunjang adanya pesantren dan kantung-kantung pembelajaran Islam. Salah satu pesantren tersebut adalah Pesantren Kesunyatan yang di perkirakan memiliki masjid yang lebih tua dari Masjid Agung Banten.

4. Perdagangan
Sebagai bandar perdagangan yang ramai sebelum datangnya Islam, sudah banyak bangsa asing yang berkunjung ke Banten. Para pedagang tersebut salah satunya berasal dari Arab dan Gujarat yang dimungkinkan menyebarkan pula agama Islam selama berdagang dan persinggahannya. Penyebaran agama tersebut dilakukan disela singgah dalam menunggu waktu yang tepat untuk berlayar atau sekedar mencari untuk perlengkapan perbekalan.

5. Penikahan
Jalur Islamisasi secara Amalgamasi ini terbilang cukup efektif, sebab ketika seorang wanita pribumi yang dinikahi oleh pedagang muslim, ia terlebih harus dahulu memeluk agama islam. Jalan lainnya adalah dengan menikahi putri raja yang berkuasa. Sebab apabila seorang pemimpin memeluk agama tertentu maka masyarakatnya pun mengikuti agama tersebut. Bukti adanya proses saluran pernikahan adalah pada saat pemerintahan Maulana Yusuf melakukan penyerangan ke pusat Pakuwan (Bogor) dengan bekerjasamanya antara panglima pasukan Banten dengan pegawai Pakuwan yang membukakan pintu kerajaan agar pasukan Banten dapat masuk. Pengkhianatan yang dilakukan oleh pegawai ini membuktikan bahwa ada Sunda Islam. Sunda Islam tersebut melakukan Islamisasi dengan pernikahan yang saudaranya mengabdi di Banten dan saudaranya mengabdi di Pakuwan. Selain itu para bangsawan Pakuwan diampuni dengan syarat harus masuk Islam tanpa menghilangkan pangkat dan kedudukannya.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »