SEJARAH SINGKAT KESULTANAN BANTEN: ABAD XVI-XIX M ( KESENIAN DAN KEBUDAYAAN )


Kesusastraan

Beberapa karya sastra yang dihasilkan oleh kebudayaan Islam pada masa Kesultanan Banten, antara lain.

1. Sajarah Banten Rante-Rante, merupakan karya sastra sekaligus sumber sejarah Banten yang menggunakan bahasa Jawa Banten.

2. Hikayat Hasanoeddin, merupakan karya sastra prosa sekaligus sumber sejarah Banten yang menggunakan bahasa Melayu kuno.

3. Babad Banten, merupakan karya sastra yang ditulis pada pertengahan abad ke-17 M. Otentisitasnya ditulis menggunakan huruf Arab dan bahasa Jawa Banten yang berbentuk karangan puisi. Baris satu, bagian pertama Babad yang berisi tentang legenda dan mitos (berisi tentang cerita pertalian dengan tiga kerajaan Hindu di Pulau Jawa yakni Medang Kamulan, Pajajaran, dan Majapahit yang dikaitkan dengan proses Islamisasi di Jawa). Baris dua, bagian kedua lebih bersifat historis (berisi cerita mengenai perkembangan Kesultanan Banten sejak berdiri hingga terjadi peperangan antara Banten dengan kolonialis Belanda yang menduduki Batavia). (Jakarta.go.id, 2010)


Arsitektur
Beberapa peninggalan budaya material Arsitektural pada masa Kesultanan Banten adalah,

1. Masjid Agung Banten
Masjid Agung Banten terletak di sisi barat alun-alun. Masjid ini dibangun oleh Maulana Yusuf, sehingga termasuk sebagai masjid tua di tanah Jawa. Bentuknya mengikuti tradisi masjid Jawa, denah bujur sangkar, tanah yang ditinggikan, kolam air di depan. Memiliki konstruksi empat tiang utama (soko guru) yang menyangga atap berbentuk limas bersusun. Di serambi masjid ini (utara dan selatan) terdapat banyak makam sultan-sultan Banten.

Pada umumnya masjid yang ada di Banten memiliki atap trapesium. Kemudian di atasnya memiliki atap yang bertingkat susun lima. Kemungkinan atap bersusun lima ini dipengaruhi oleh arsitektur Tiongkok. Selain itu di timur bangunan utama terdapat bangunan tiyamah yang atapnya terpisah dari bangunan utama. Kemudian pada umpak-umpak tiang memiliki kekhasan khusus yaitu memiliki umpak berbentuk labu yang mirip dengan umpak di masjid Ampel Denta Surabaya. Adanya ragam hias yang bercorak Hindu-Buddha pada komponen Masjid Agung Banten berupa umpak tiang-tiang masjid yang menampilkan penggunaan motif Padma (lotus) menunjukkan kemiripan corak Hindu-Buddha seperti corak yang dimiliki oleh Kerajaan Singhasari.

Arsitektur lainnya setelah pemerintahan Maulana Hasanuddin yaitu Maulana Yusuf juga melakukan pemugaran terhadap Masjid agung Banten dengan dibangunnya menara masjid. Menara masjid Agung Banten ini banyak memiliki interpretasi dalam bentuk bangunannya. Menara ini di bangun oleh seorang musafir Belanda yaitu Hendrik Lucas Cardel dengan tinggi menara 23 Meter. Menara tersebut dapat diinterpretasikan sebagai mercusuar yang bentuknya meninggi dan dekat dengan wilayah pesisir. Dimungkinkan selain untuk kegiatan keagamaan menara tersebut dapat dijadikan sebagai tempat pengawasan kapal-kapal. Kemudian secara jelas tubuh dari bangunan menara seperti bangunan candi jabung yang memiliki pengaruh Hindu Budha. Sehingga pembangunan masjid ini banyak bercampur dengan kebudayaan lain.


2. Benteng Spelwijk
Bebatuan bewarna merah sisa Benteng Speelwijk di Kampung Pamarican, Serang, Banten, menjadi puing yang tersisa dari bangunan megah abad ke 17 ini. Terbuat dari campuran batu, pasir, dan kapur, Benteng Speelwijk dibangun untuk mengantisipasi serangan rakyat Banten khususnya pengikut Sultan Agung Tirtayasa. Ketakutan ini beralasan karena saat itu Banten Lama masih menjadi kota pelabuhan besar dan diperebutkan oleh Belanda dan masyarakat Banten.

Pada masa jayanya, Benteng Speelwijk yang memiliki ketinggian 3 meter ini dibangun oleh Hendrick Loocaszoon Cardeel pada tahun 1681-1684 yaitu pada masa Sultan Abu Nashar Abdul Qahar. Sedangkan nama Speelwijk digunakan untuk menghormati Gurbenur Hindia Belanda yang saat itu masih berkuasa yaitu Cornelis Janszoon Speelman. Bagian tepi Benteng Speelwijk dikelilingi parit dengan luas mencapai 10 meter. Sedangkan bentuk bangunan menyerupai segi empat dengan tiap sisinya dibangun ruang inti atau menara pengintai. Ruang intip yang masih tersisa dan dinaiki adalah di bagian utara. Dari ruangan ini terlihat lautan dan Banten Lama dari atas.

Walaupun kondisinya saat ini telah datar dan hanya sedikit sisa reruntuhan yang dapat dilihat, namun Benteng Speelwijk masih menyisakan ruang bawah tanah atau bungker yang dihubungkan dengan lorong di bagian barat. Konon, Benteng Speelwijk tidak menggunakan tenaga pribumi untuk pembangunannya. Namun masyarakat Tionghoa dipekerjakan dengan upah yang sangat rendah untuk membangun Benteng Speelwijk. Di kawasan Benteng Speelwijk sebenarnya ada kubur Belanda. Di sana terdapat kubur komandan militer Hugo Pieter Faure (1717-1763), kubur Kopman en Fiscaal Deserbezeting (pegawai pajak dan pembelian), Jacob Wits yang meninggal 9 Maret 1769, serta kubur Catharina Maria van Doorn (www.indonesiakaya.com, diakses 24 April 2015)


3. Vihara Avalokitesyara
Masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) dipandang sebagai masa kejayaan Banten dan sekitar abad ke-16 atau pada tahun 1652 didirikan Wihara yang diberi nama Wihara Avalokiteswara atau di sebut juga Wihara Dewi Kwan Im, yang merupakan vihara tertua di Banten.

Gerbang dengan atap berhiaskan dua naga memperebutkan mustika sang penerang (matahari) menyambut pengunjung di pintu masuk sebelum pengunjung masuk lebih ke dalam vihara yang memiliki nama lain kelentang Tri Darma ini. Sebutan Klenteng Tri Darma diberikan karena vihara ini melayani tiga kepercayaan umat sekaligus. Yaitu Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha. Walaupun diperuntukan bagi 3 umat kepercayaan namun bagi wisatawan yang beragama lain sangat diperbolehkan untuk berkunjung dan melihat bangunan yang saat ini termasuk dalam cagar budaya di Provinsi Banten ini.

Vihara Avalokitesvara memiliki luas mencapai 10 hektar dengan altar Dewi kwan Im sebagai Altar utamanya. Di altar ini terdapat patung Dewi Kwan Im yang berusia hampir sama dengan bangunan vihara tersebut. Selain itu di sisi samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga.

Berdirinya wihara ini yaitu pada saat kesultanan Banten di kunjungi oleh rombongan putri dari Tingkok bernama Ong Tien Nio. Semula rombongan putri ingin menuju Surabaya untuk menyebakan agama leluhurnya yaitu agama Budha, akan tetapi sesampainya di Banten rombongan ini kehabisan perbekalan yang membuat mereka melabuhkan kapalnya di Kali Kemiri.

Dahulunya pada tahun 1481 Sultan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati menikah dengan Putri Ong Tien, putri dari Tiongkok. Pada saat itu putri datang ke Pulau Jawa beserta rombongannya. Perpindahan keyakinan putri Ong Tien memeluk agama Islam itu tidak diikuti seluruh rombongan. Sebagian dari mereka tetap memeluk agama leluhurnya, yakni agama Budha. Karena itu Syarif Hidayatullah mengambil keputusan untuk membangun Masjid Pacinan Tinggi untuk umat Islam, sedangkan pemeluk agama Budha dibuatkan Wihara yang diberi nama Wihara Avalokitesvara.
Sekaligus menandakan kawasan Banten pernah menjadi kawasan yang multietnis. Kini masa lalu kesultanan Banten tersebut hanya menyisakan bukti-buktinya. Bukti peninggalan tersebut merupakan saksi bisu kejayaan masyarakat dan budaya Banten di masa lalu yang pernah menjadi pusat perdagangan Asia, antara lain berupa bekas kompleks Keraton Surosowan yang dibangun pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, Mesjid Agung Banten, Wihara Avalokitesvara, Kompleks Makam Raja-raja Banten dan keluarganya, Kompleks Keraton Kaibon, dan lain lain. Berdasarkan sejarahnya kawasan ini yang sempat menjadi pusat perdagangan Internasional yang terdiri dari Tumasik, Melaka dan Banten dengan jalur lautnya. Sehingga kawasan ini merupakan kawasan yang besar dan bersekala Internasional.


4. Komplek Keraton Surosowan
Kompleks keraton ini sekarang sudah hancur, yang masih nampak adalah tembok benteng yang mengelilingi dengan sisa-sisa bangunannya. Sisa-sisa bangunan ini berupa pondasi dan tembok-tembok dinding yang sudah hancur, termasuk sisa-sisa bangunan Balekambang. Tembok benteng masih tampak berdiri dengan ketinggian antara 0,5 meter hingga 2 meter, dengan lebar sekitar 5 meter. Pada beberapa bagian, terutama di bagian sebelah selatan dan timur, tembok benteng ini bahkan ada yang sudah hancur.


Keraton Surosowan dibangun atas petunjuk dari Syarif Hidayatullah, yakni dengan mengikuti pola tradisional keraton Jawa yang terdiri dari keraton dengan kelengkapan alun-alun di sisi utaranya, kemudian masjid di sisi barat alun-alun dan pasar di dekatnya ((Wirjomartono, 2009:287). Kompleks Keraton Surosowan ini berbentuk segi empat dengan luas kurang lebih 3 hektar yang dikelilingi oleh dinding benteng tinggi dan tebal. Pintu utama masuk ke Keraton Surosowan terletak di sebelah utara, menghadap ke alun-alun.

Berdasarkan sejarah Banten, Keraton Surosowan yang disebut juga Gedung Kedaton Pakuan, dibangun pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sedangkan tembok benteng dan gerbangnya yang terbuat dari bata dan batu karang dibangun oleh Sultan Maulana Yusuf (1570-1580). Salah satu bagian di dalam keraton yang menarik perhatian adalan Pancuran Mas. Pancuran yang sebenarnya terbuat dari tembaga dan bukan emas itu dahulu biasa digunakan untuk mandi para pejabat dan juga abdi kerajaan. Begitu terkenalnya nama Pancuran Mas sehingga orang-orang yakin bahwa pancuran itu memang terbuat dari emas.


Keraton Surosowan telah tiga kali dibangun akibat hancur karena perang. Terakhir, keraton dihancurkan oleh Daendels pada tahun 1808. Banten Lama atau Surosowan adalah situs yang berkelanjutan. Di sana ada peradaban pra-sejarah dan berlanjut ke zaman klasik (Hindu-Budha), lalu beralih ke kebudayaan Islam pada abad ke-16.


5. Mesjid Pacinan Tinggi
Lokasinya terletak di Kampung Pacinan Desa Banten Kecamatan Kasemen Kabupaten Serang. Masjid ini terletak sekitar 500 m ke arah barat keraton Surosowan. Bangunan Masjid ini disebut Pacinan karena dahulunya banyak orang Cina yang berdagang dan berdiam disana. mereka datang dan menetap di Banten sejak saat Sultan Hasanudin memerintah.


Menurut sejarahnya masjid ini merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Syarif Hidayatullah kemudian dilanjutkan oleh Sultan Hasanuddin kemudian masjid ini dipugar pada tahun 1980-1982. Bangunan masjid ini terbuat dari bahan yang sederhana dari bata, batu karang sedangkan atapnya terbuat dari kayu Cendana. tetapi sekarang bangunan ini tinggal tiang dan pondasi induk yang terbuat dari bata dan batu karang, serta mihrabnya saja. Di depan halaman kiri masjid terdapat sisa bangunan menara lama. Menara ini terbuat dari bata dan fondasi dari terbuat dari batu karang

6. Masjid Koja
Masjid ini berlokasi di Kampung Banten, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kabupaten Serang. Terletak di sebelah selatan kanan jalan yang menghubungkan benteng Speelwijk dengan Karangantu. Bangunan Masjid ini tinggal reruntuhan saja. Di namakan Masjid Koja karena dahulu di sekitar Masjid merupakan tempat tinggal orang-orang Koja.

7. Makam Kerabat Sultan
 Kompleks makam terdiri dari makam raja-raja atau sultan-sultan yang pernah menduduki jabatan tinggi di Kesultanan Banten, juga makam dari sanak kerabat yang masih memiliki hubungan darah dengan sultan Banten. Kompleks makam ini terletak di dalam Masjid Agung Banten. Sebab masjid selalu dipandang sebagai tempat yang khusus karena di situlah ibadah dilaksanakan. Di masjid inilah “taharah” atau keadaan suci selalu dipenuhi sepanjang waktu. Karena kematian dipandang sebagai sebuah perjalanan yang suci, maka masjidlah tempat yang paling sesuai untuk itu. Secara umum, masjid yang paling sering dimanfaatkan untuk makam adalah masjid raya atau masjid agung setempat (Wirjomartono, 2009:269),
Seperti halnya penggunaan bangunan Masjid Agung Banten untuk kompleks makan sultan. Di kedua sisi masjid agung Banten, terdapat serambi sebelah utara dan selatan yang difungsikan sebagai makam dari Sultan dan para kerabatnya. Di serambi utara terdapat makam Maulana Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Haji. Sedangkan, di serambi sebelah Selatan terdapat makam Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin. Selain itu pula, penggunaan masjid lain juga dilibatkan, seperti makam raja kedua Maulana Yusuf yang terletak di masjid desa Kasunyatan.


8. Komplek Keraton Kaibon
Kompleks keraton ini terletak di Kampung Kroya, sekitar 500 meter sebelah tenggara Keraton Surosowan, dan berada di sisi jalur Jalan Serang – Banten Lama. Di sisi selatan kompleks bangunan ini mengalir sungai Cibanten. Keraton Kaibon merupakan bekas kediaman Sultan Syafiuddin, seorang sultan Banten yang memerintah sekitar tahun 1809 – 1815. Kaibon berasal dari kata ka-ibu-an, yaitu tempat tinggal yang diperuntukkan bagi ibunda Sultan. Ketika Sultan Syafiuddin wafat, beliau digantikan oleh putranya yang baru berusia 5 bulan. Untuk sementara waktu, pemerintahan dipegang oleh ibunya, yakni Ratu Aisyah. Keraton ini masih digunakan hingga masa pemerintahan Bupati Banten yang pertama yang mendapat dukungan Belanda, yakni Aria Adi Santika. Bupati tersebut menggantikan pemerintahan Kesultanan Banten yang dihapuskan sejak tahun 1816.


Dilihat dari bentuk pintu gerbangnya, Keraton Kaibon menunjukkan ciri keraton yang bergaya tradisional. Hal ini diperlihatkan oleh susunan pintu gerbang dan halamannya. Keraton ini memiliki empat pintu gerbang. Pintu gerbang pertama yang merupakan jalan masuk berbentuk bentar, yang menunjukkan bahwa halaman tersebut bersifat profan. Pada halaman kedua, pintu gerbang berbentuk paduraksa, yang berasosiasi dengan sifat sakral. Di dalam Keraton Kaibon terdapat bangunan masjid, yang diposisikan sebagai bagian utama keraton. Pada tahun 1832, bangunan Keraton Kaibon dihancurkan oleh Belanda, dan sekarang hanya tersisa bagian fondasi, runtuhan dinding dan sisi kiri dari bagian pintu masuknya.


Kesenian

Kesenian yang paling terkenal dari Banten adalah Tari Debus. Kesenian debus merupakan sebuah kesenian yang diciptakan oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Debus merupakan bentuk permainan yang diciptakan untuk menguji ketabahan dan keimanan prajurit Banten (Sutjiatiningsih:1995). Dalam permainan banyak menggunakan alat-alat yang tajam seperti golok, pisau, pedang, keris, tombak, bambu runcing. Alat ini sesuai dengan masa prajurit Banten terdahulu dalam menggunakan senjatanya. Senjata tersebut di hujamkan kepada para peserta dengan niat yang tabah dan percaya kepada tuhan Yang Maha Esa bahwa di akan terlindungi maka tubuhnya tidak akan terluka sedikitpun dengan kata lain kebal dengan senjata tajam. Debus dapat digunakan sebagai syiar agama Islam, karena masyarakat Banten yang umumnya fanatik agama sehingga kesenian dapat disusupi unsur keagamaan yang berguna. Seiring perkembangannya debus diiringi dengan Rebana Kasidah, mawalah dan lainnya sebagi pengiring atraksi tersebut. 


Banten: Abad XVI-XIX M

RANGKUMAN
1. Kesultanan Banten merupakan sebuah kesultanan yang berada di pesisir barat pulau Jawa yang ditaklukkan oleh Kesultanan Demak dan Cirebon atas Kerajaan Sunda Padjajaran.
2. Pada mulanya Banten dijadikan sebuah kadipaten di bawah naungan kekuasaan Kerajaan Demak sejak tahun 1525. Kemudian, didirikan sebuah kerajaan yang mandiri pada tahun 1552.
3. Raja pertama yang memerintah Kerajaan Banten adalah Maulana Hasanuddin (putra dari Syarif Hidayatullah), dan mencapai masa keemasan ketika berada di tangan Sultan Ageng Tirtayasa.
4. Pengahapusan Kesultanan Banten dilakukan oleh pihak Inggris, setelah mendapatkan penyerangan bertubi-tubi oleh Belanda.
5. Ekonomi utama Kesultanan Banten ditopang oleh kegiatan perdagangan komiditi lada.
6. Sistem perekonomian yang dilakukan oleh Kesultanan Banten adalah sistem ekonomi Monopoli yang berjenis Oligopoli dan Monopsoni.
7. Saluran Islamisasi yang dilakukan di kesultanan Banten adalah media pernikahan, ekspansi (penaklukkan wilayah), perdagangan, kesenian, dan pendidikan.
8. Aliran agama Islam yang berkembang di kesultanan Banten adalah aliran Sunni dengan Madzhab Syafii.
9. Sistem Sosial masyarakat menunjukkan sistem sosial yang terstratifikasi pembedaan kelompok dalam beberapa kategori.
10. Bentuk peninggalan kesenian yang masih bisa ditemukan berupa seni sastra, arsitektur dan kesenian tari.
11. Seni sastra dirupakan dalam Sajarah Banten Rante-Rante, Hikayat Hasanoeddin, dan Babad Banten.
12. Seni arstitektural yang masih dapat ditemukan yakni berupa Masjid Agung Banten, Benteng Speelwijk, Vihara Avalokitesyara, Rerntuhan Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Kompleks makam Sultan dan kerabat Sultan, Masjid Koja, Masjid Pacinan Tinggi
13. Kesenian tari yang terkenal dari Banten adalah seni tari debus.


DAFTAR RUJUKAN

Banten: Abad XVI-XIX M

Abimanyu, Soetjipto. 2014. Kitab Sejarah Terlengkap Kearifan Raja-Raja Nusantara. Yogyakarta: Penerbit Laksana.

Boedhihartono, dkk. (Ed). 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Sosial. Jakarta: Rajawali Press.

Daliman, A. 2012. Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

De Graaf & Th. G. Th. Pigeaud. 1989. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Kajian Sejarah Politik Abad ke- 15 dan ke- 16. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Guillot, Claude. 1990. The Sultanate of Banten. Jakarta: Gramedia Book Publishing Division.

____________. 2008. Banten: Sejarah dan Peradaban Abad X-XVII. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG).

Lubis, Nina H. 2003. Banten Dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara. Jakarta: Pustaka LP3ES

Munandar, Agus Aris dkk. (Ed). 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia: Religi dan Falsafah. Jakarta: Rajawali Press.

Poesponegoro, Marwati Djoened. 2010. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III: Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam Di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Sutjiatiningsih, Sri. 1997. Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Tjandrasasmita, Uka. 1995. “Banten sebagai Pusat Kekuasaan dan Niaga Antarbangsa”, dalam Banten Kota Pelabuhan Jalan Sutra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Untoro, Heriyanti Ongkodharma. 2007. Kapitalisme Pribumi Awal: Kesultanan Banten 1522-1684 M (Kajian Arkeologi-Ekonomi). Jakarta: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya (FIB) UI.

Wirjomartono, Bagoes dkk. (Ed). 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia: Arsitektur. Jakarta: Rajawali Press.

Saputra, Rizqy D. 2015. Sejarah Kerajaan Banten Secara Kronologis Beserta Bentuk Birokrasinya, Makalah dari matakuliah Sejarah Indonesia Madya.

Utami, Dinar. 2015. Keagamaan dan Seni Kerajaan Banten, Makalah dari matakuliah Sejarah Indonesia Madya.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. Administratif, Luas Wilayah, dan Letak Geografis Banten, (Online), (www.bpkp.go.id/dki2/konten/1092/GEOGRAFIS), diakses 22 April 2015.

Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta. 2010. Banten, Babad, (Online), (http://jakarta.go.id/web/encyclopedia/detail/66/Banten-Babad), diakses 24 April 2015.

Republika. Tanpa tahun. Melacak Jejak Kesultanan Banten, (Online), (http://kabartangsel.com/wp-content/uploads/wp-post-to-pdf-cache/1/melacak-jejak-kesultanan-banten.pdf), diakses 22 April 2015.

Indonesiakaya.com. Tanpa tahun. Berkunjung ke Cagar Budaya Vihara Avalokitesvara yang Tertua di Banten, (Online), (http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/berkunjung-ke-cagar-budaya-vihara-avalokitesvara-yang-tertua-di-banten), diakses 24 April 2015.

_________. Tanpa tahun. Benteng Speelwijk: Benteng Penghormatan Untuk Jendral Hindia Belanda, (Online), (http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/benteng-speelwijk-benteng-penghormatan-untuk-jendral-hindia-belanda), diakses 24 April 2015.

Dinas Budaya dan Pariwisata. Tanpa tahun. Masjid Pacinan Tinggi, (Online), (http://disbudpar.bantenprov.go.id/place/masjid-pacinan-tinggi), diakses 24 April 2015.

____________. Tanpa tahun. Masjid Koja, (Online), (http://disbudpar.bantenprov.go.id/place/masjid-koja), diakses 24 April 2015.

Aroengbinang. Tanpa tahun. Benteng Speelwijk Serang, (Online), (http://www.thearoengbinangproject.com/benteng-speelwijk-serang/), diakses 24 April 2015.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Tanpa tahun. Keraton Kaibon Banten Lama, (Online), (http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbserang/2014/10/13/keraton-kaibon-banten-lama/), diakses 24 April 2015.

Anonim. 2012. Situs Keraton Surosowan, (Online), (http://kekunaan.blogspot.com/2012/07/situs-keraton-surosowan.html), diakses 24 April 2015.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »