SEJARAH SINGKAT KESULTANAN BANTEN: ABAD XVI-XIX M ( "PRANATA AGAMA" Aliran Keagamaan Dan Sarana Keagamaan )


Aliran Keagamaan

Menurut Babad Banten disebutkan Syariff Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati dan 98 muridnya melakukan Islamisasi di Banten Hilir. Aliran keagamaan di Banten di pengaruhi oleh ajaran Sunni dengan yang di bawa oleh Sunan Gunung jati. Merujuk pada pernyataan Munandar (2009) jika di Jawa umumnya masyarakatnya menggunakan aliran tasawuf Sunni. Di Cirebon sendiri masyarakatnya cenderung lebih dekat dengan madzhab Imam Syafi’I yang dianut oleh penyebar agamanya yakni Syarif Hidayatullah. Sehingga bisa disimpulkan bahwa masyarakat Banten juga menganut Islam aliran Sunni dengan madzhab Syafi’I sesuai dengan ulama yang melakukan Islamisasi.

Komunitas Suni kemudian berkembang lewat tarekat dan pesantren oleh murid-murid dan keturunan Wali Songo. Peranan Tasawuf Suni ini dianggap lebih besar dalam proses Islamisasi di Indonesia sejak abad ke 13 M di Sumatra dan mengalami kemajuan yang besar di Jawa pada abad ke 15 M dan 16 M dengan tokohnya para Wali (Munandar, 2009).

Sarana Keagamaan

Sarana keagamaan secara materiil di tunjang dengan di bangunnya Masjid Agung Banten yang secara keseluruhan digunakan untuk kegiatan keagamaan. Kegiatan tersebut berupa sholat berjamaah lima waktu, sholat Jum’at, sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Pada sarana penyebaran agama Islam di Banten pada dasarnya tidak ada batas gender. Hal ini bisa dilihat di bangunan masjid yang terdapat Pawedon dan Pawestren yang merupakan tempat berwudhu untuk perempuan. Pembangunan Pawedon dan Pawestren merupakan bangunan tambahan yang mengikuti pola pembangunan masjid di Cirebon, yang diperuntukkan bagi kaum wanita untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

Secara non-materi, sarana pengembangan keagamaan adalah melalui tradisi. Tradisi yang dikembangkan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa yaitu Tradisi Panjang Maulud sebagai peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi tersebut dengan berkreasi membuat sesuatu hiasan sesuai dengan kreativitas yang dimiliki. Penggagasan ide Panjang Maulud memiliki bertujuan untuk menyebarkan agama islam. Sesajian tersebut berupa makanan seperti nasi dan lauk pauk, yang kemudian di kumpulkan dan di doakan bersama-sama. Doa tersebut berupa Sholawat-sholawat untuk memuji nabi Muhammad SAW, setelah makanan tersebut di doakan kemudian di bagikan ke warga yang miskin, warga yang mengambil makanan tersebut di sebut gerojok yang sebenarnya adalah sebutan untuk anak kecil.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »