-Format Representasi Alam, Manusia dan Kebudayaan Banten dibagi ke dalam beberapa periode suksesif yang masing-masing menunjukkan fase perkembangan.
-Berdasarkan akumulasi data geografi, arkeologi, etnografi, tutur dan fakta empirik.
Model Budaya
Kesultanan Banten mengalami era keemasan. Berlangsung antara 1619 – 1682. Entitas utama pada penerapan kebijakan ekonomi politik lada. Ada gambaran persaingan Banten, Mataram dan VOC , tiga kekuatan seimbang di laut Jawa. Tampilan momentum signifikan: ekspor besar lada, impor besar keramik, blokade laut oleh Belanda, pola hubungan dengan pedagang asing, hubungan diplomatik dengan Inggris dan perang sipil semasa pemerintahan, pengalihan kebijakan ekonomi dari perdagangan ke pertanian. Proyek irigasi dengan membendung sungai-sungai, membuka lahan persawahan baru dan transmigrasi penduduk Banten ke DAS Cisadane, Cipasilian, Cidurian, dan Ciujung. Pembangunan keraton Tirtayasa.
Bukti Sejarah
Kemegahan istana Surasowan, istana Tirtayasa, tata kota, jaringan kanal dan jalan perkotaan, kluster-kluster gilde pedagang asing dan spesialisasi pekerjaan, pelaksanaan sistem peradilan, bea cukai di Pabean, pendidikan dan pengajaran Islam di bangunan Tiyamah dan Kasunyatan, keindahan bentuk nisan kubur para Sultan Banten, jaringan irigasi dan terusan sepanjang pantai utara, peperangan di Teluk Banten dan di Tirtayasa
Etnografi
Peta Banten secara kronologis memperlihatkan perluasan kampung. Ilustrasi dan lukisan tentang setting kota Banten, aktivitas politik, ekonomi dan sosial budaya, tipe rumah struktur kampung dalam dan di luar pusat kota dan karya arsitektur lain.
Berbagai regalia kesultanan, surat-surat sultan dan perjanjian dagang,
lukisan, benda utuhan, fragmen dan masterpiece lain.
Fakta Empirik
Maket kota Banten, miniatur masjid, koleksi numismatik, keramik, gerabah, stempel, senjata, keris, dll.
Lukisan figuratif, lukisan kota, lukisan aktivitas.
EmoticonEmoticon